Total Tayangan Halaman

Senin, 01 April 2013

Proses Perencanaan

PROSES PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN

Perencanaan dapat diartikan proses mendefinisikan tujuan dengan membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen. Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan
Menurut George R. Terry
Perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and formulating of proposed activities believed necessary to achieve desired result”.
Definisi Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain.
Perencanaan pendidikan ditentukan oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga banyak komponen yang ikut berperan.
Pada intinya perencanaan menurut Agung Wijaya adalah upaya untuk memetakan sesuatu yang  ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau individu agar dapat diwujudkan melalui rumusan rencana yang matang dan sudah terkonsep.

Proses perencanaan, terdiri dari :
• Menentukan tujuan perencanaan
• Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
• Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
• Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
• Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya

Langkah-langkah dasar Manajemen:
1Proses perencanaan atau planning adalah meliputi gagasan bahwa manajemen mengantisipasi berbagai kondisi seperti peluang dan kendala di masa depan, dan berusaha menetapkan lebih dulu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang akan mereka capai.
2Proses pengorganisasian berarti menempatkan orang dan prasarana serta sarana dan sumberdaya dalam suatu tata-hubungan yang kondusif untuk bekerja sama menuju sasaran bersama.
3Proses pelaksanaan meliputi pemberian arahan, perintah kerja, dorongan dan motivasi kerja, serta pemecahan masalah.
4Proses pengendalian  dilakukan dengan pengamatan, mencermati laporan, dan melakukan inspeksi supaya pekerjaan di semua bagian sesuai dengan persyaratan kualitas dan ketentuan rencana hasil, dan sesuai dengan anggaran biaya.



DAFTAR RUJUKAN
Handoko, T, Hari. 1984. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Effendi, A.R, dkk. 1994. Administrasi Pendidikan. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas ilmu Pendidikan IKIP Malang.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Stefanus. 2012. Proses Perencanaan Manajemen, (Online),             (http://wstefanus.wordpress.com/), diakses pada 08 Februari             2013.


Visi, Misi Lembaga

Pengembangan Visi, Misi, Tujuan, dan Target Kelembagaan

Perumusan Visi
            Kata visi berasal dari Bahasa Inggris vision yang artinya pandangan ke depan. Sedangkan visi adalah suatu gambaran dan harapan masa depan yang diimpikan atau diinginkan suatu lembaga agar tetap eksis, berkembang, dan terjaga kelangsungannya (sustainability). Landasan yuridis misalnya UUD1945, UU No. 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah.
            Rumusan visi akan menjadi dasar bagi perumusan misi lembaga, yang menjadi dasar perumusan tujuan, dan akan menjadi dasar perumusan sasaran target yang ingin dicapai.

PERUMUSAN MISI LEMBAGA 
Misi adalah tugas, kewajiban dan atau rencana tindakan umum yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan visi suatu lembaga. Selain itu misi juga diartikan jalan pilihan lembaga pendidikan bagi peserta didik/ masyarakatnya.
Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam perumusan misi :
  1. Kemampuan lembaga untuk melaksanakannya.
  2. Tersedianya personal pengemban misi.
  3. Adanya dukungan dari personel lembaga.
  4. Tersedianya sumber daya yang dapat menopang pelaksanaannya.
  5. Adanya komitmen bersama untuk merealisasikannya.
  6. Fisibilitas dalam pelaksanaan.
  7. Memperhatikan aspek budaya, iklim, dan semangat mewujudkannya
Kemampuan lembaga untuk mengelola pendidikan akan sangat mempengaruhi kelangsungan dan perkembangan lembaga tersebut.

PERUMUSAN TUJUAN LEMBAGA
            Tujuan lembaga merupakan penjabaran lebih lanjut dari misi lembaga. Jika visi dan misi ingin dicapai dalam kurun waktu 10 tahun, maka tujuan lembaga ini dapat dirumuskan untuk dicapai dalam kurun waktu misalnya 4 tahun mendatang.
            Dalam perjalanan mewujudkan visi, lembaga pendidikan membutujkan core values,  yaitu nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh setiap lembaga pendidikan dalam perjalanan mewujudkan visi. Tujuan ini adalah tindak lanjut dari penjabaran sebuah misi. Tujuan yang dapat diukur disebut target.

MENENTUKAN TARGET/SASARAN
            Target adalah tujuan operasional yang dapat diukur tingkat keberhasilannya.target disusun berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi lembaga pendidikan.

LANGKAH PERUMUSAN PARTISIPATIF
            Perumusan visi, misi, tujuan dan target lembaga harus melibatkan semua perwakilan warga sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders).
            Paritisiasi ini melibatkan dalam tatap muka, dapat juga tidak langsung melalui pengisian angket yang disebarkan oleh pihak sekolah.
Oleh sebab itu masyartakat harus menyambut baik apabila sekolah telah melibatkan  baik langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR RUJUKAN
Soetopo, Hendyat. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah & Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Soni. 2010. Pengambangan Visi, Misi, Tujuan Sekolah, (Online),     (http://wstefanus.wordpress.com/), diakses pada 25 Januari 2013.

Manajemen

Pengertian Managemen dan Administrasi Pendidikan 

            Manajemen dalam bahasa Perancis kuno berarti “Menagement” yang artinya seni ,mengatur dan melaksanakan. Manajemen dalam Bahasa Latin, “manus” artinya “tangan”, “manage” berarti “memerintah, mengendalikan kuda”. Dalam Bahasa Indonesia, istilah manajemen sering diterjemahkan dengan kepemimpinan, ketatalaksanaan, penguasaan, pengurusan.
Menurut Ricky W. Griffin manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumberdaya untuyk mencapai sasaran yang efektif dan efisien.
Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Agung Wijaya manajemen adalah seni kreatifitas untuk mengatur orang yang dilaksanakan secara se-efektif dan se-efisien mungkin, untuk memperoleh target yang telah disepakati.
Manajemen adalah bagian dari administrasi.

Administrasi berasal dari bahasa latin: Ad artinya intensif dan ministrare artinya melayani, membantu, memenuhi, mengatur suatu tujuan.
Administrasi adalah suatu keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang mengadakan kerja sama didasarkan atas rasional letak tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Simon,1958)
Menurut Agung Wijaya, administrasi adalah pengarah yang efektif kepada suatu kerjasama antara dua orang atau lebih yang telah disepakati.
Unsur didalam administrasi ada dua yaitu bersifat secara statis dan secara dinamis. Bahwa managemen merupakan bagian dari administrasi. Managemen merupakan rangkaian penataan atau penggerakan tenaga dan fasilitas kerja agar tujuan kerjasama dapat tercapai. Dengan demikian managemen merupakan pelaksanaan utama administrasi atau sebagai inti dari kegiatan administrasi.
Daftar Rujukan
Tim Dosen UPI, 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Minggu, 24 Februari 2013

Teori dan Model Kepemimpinan


TEORI DAN MODEL KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

A.  KONSEP DASAR
Kepemimpinanan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. ( Mulyasa, E 2002:107).
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. (Sutisna, 2003 (dalam Mulyasa, E. 2002: 107))
Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat atau watak yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normative (Amitai Etzioni)

Terdapat tiga konsep kepemimpinan ditinjau dari sejarah perkembangannya, yaitu
•    Konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang  berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut orang.
•    Konsep yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function of the group). Menurut konsep ini, sukses tidaknya suatu kepemimpinan  dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, dan yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya.
•    Konsep ini didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis,  juga atas ekonomi dan politis. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation) . Dengan demikian untuk kepemimpinan ideal, ketiga konsep di atas harus dipadukan karena saling melengkapi.
 

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya Kepemimpinan
        Dalam mempelajari masalah kepemimpinan terdapat beberapa pendekatan atau teori.  Carrol dan Tosy merangkum pendekatan-pendekatan tersebut menjadi tiga pendekatan atau teori kepemimpinan, yaitu pendekatan sifat.
1. Pendekatan Sifat
Ghizeli dan Stogdil, mengemukakan adanya lima sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yaitu kecerdasan, kemampuan mengawasi, inisiatif, ketenangan diri, dan kepribadian.
Thierauf dan kawan-kawan mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan yang baik, yaitu kecerdasan, inisiatif, daya khayal, bersemangat (enthusiasme), optimisme, individualism, keberanian, keaslian (originalitas), kesediaan menerima, kemampuan berkomunikasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, kepribadian, keuletan, manusiawi, kemampuan mengawasi dan ketenangan diri.
        Meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga kini para peneliti tidak berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.
2. Pendekatan Perilaku
        Pendekatan perilaku (Behavioral approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatannya sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin  itu member perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.
3. Pendekatan Situasional
        Pendekatan atau teori kepemimpinan ini dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard berdasarkan teori-teori kepemimpinan sebelumnya. Pendekatan situasional biasa disebut juga pendekatan kontengensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki cari-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenis pun akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda. Sesuai dengan kata kontingensi yang berarti kemungkinan.


Daftar Pustaka

Mulyasa E, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya.